Bulan Februari tahun 2019 gue diundang ke sebuah interview di salah satu perusahaan, setelah sesi interview dengan HR dan user, gue diberikan sebuah tes untuk membuat poster di komputer yang udah disediakan, saat gue lagi asik mendesain, tiba-tiba muncul wanita muda yang marah-marah ke seorang bapak yang udah cukup berumur, si bapak dimarahin kayak anak magang yang baru masuk kantor kemarin sore, selidik punya selidik ternyata bapak itu adalah manajer di salah satu divisi di kantor itu dan udah lebih dari 15 tahun kerja disana, lalu si wanita muda adalah atasannya yang baru menjabat kurang dari satu bulan. Salah satu momen yang selalu gue inget sebagai alasan gue ga mau punya bos atau atasan.
Gue cukup beruntung karena langsung dapet kerja bahkan sebelum wisuda sebagai seorang sarjana, dengan gaji perbulan diatas UMR pada saat itu dan bidang pekerjaan yang sangat gue kuasai, membuat gue berpikir buat pengen stay selamanya di kantor itu.
Tapi pikiran gue itu ga berlangsung lama, ternyata makin kita bergantung sama sesuatu makin ga bisa lepas dan makin rawan eksploitasi.
Gue inget ada salah satu karyawan yang karirnya mentok jadi seorang staff selama 7 tahun dengan rate gaji sama ketika pertama kali dia masuk di kantor itu, yang dia lakuin cuma bisa terima sambil sesekali ngedumel, ga bisa ngelakuin apa-apa. Mau resign, usia udah tua dan ga banyak perusahaan yang mau nerima karyawan yang udah berumur. Mau buka usaha atau bisnis, usia produktif juga udah lewat, ga kepikiran lagi hal-hal kreatif dan inovatif, pikirannya udah kecampur sama tuntutan konstruksi sosial seperti pernikahan dan beli rumah. Pada akhirnya ga banyak yang bisa dia lakuin selain makan ati berulam jantung karena sifat bos atau atasannya.
Di awal tahun 2021 gue memutuskan untuk resign dan memulai karir sebagai seorang ilustrator, mumpung masih muda, belum punya tanggungan, dan masih di usia produktif, pikir gue. Jalannya emang ga mudah, gue inget banget ada beberapa bulan gue ga punya income sama sekali dan untungnya gue masih punya tabungan sampe dana darurat yang bisa dipake ketika masa-masa itu.
Salah satu tujuan gue memulai karir sebagai ilustrator adalah untuk terbebas dari rasa takut, rasa takut dipecat kalo udah ga produktif ke perusahaan, rasa takut masuk terlambat biar ga dapet surat peringatan, dan rasa takut lainnya yang muncul ketika gue udah terlalu nyaman dan terlalu bergantung sama sebuah perusahaan atau instansi.
Sudah hampir 2 tahun gue menjadi seorang ilustrator, gue kira gue udah ga punya rasa takut itu lagi, tapi ternyata baru-baru ini, ada kebijakan baru kominfo yang berujung pemblokiran beberapa situs termasuk Paypal yang jadi tempat pembayaran gue selama ini sebagai ilustrator, hal ini membuat gue kembali goyah, gue lalu mulai merenung dan intropeksi diri, apa sekarang gue jadi terlalu bergantung dengan situs-situs itu?
Terlepas pro dan kontra kebijakan kominfo, gue gamau berkomentar lebih karena bukan kapasitas gue disana. Tapi yang baru gue sadari adalah, ternyata gue masih aja terlalu bergantung pada sesuatu, harusnya mau ada pemblokiran atau engga, gue harus bisa tetap berdiri dengan kemampuan sendiri dan kuasa ilahi, ga perlu terlalu bergantung pada sesuatu yang bikin kita semua menjadi rawan eksploitasi.
Tulisan ini merupakan bagian dari 30 Days Writing Challenge, di mana gue menantang diri sendiri untuk menulis blog selama 30 hari.
0 komentar
Please leave a comment ..