Day 16: Ngomongin Gunting



Beberapa hari yang lalu gue nemu video yang lagi viral di sosmed, video tentang seorang tukang cukur rambut yang make gunting seharga 20 juta, wow! emang terbuat dari emas dan berlian macam apa tuh gunting? pikir gue. Gunting gue di rumah aja paling mahal seharga sepuluh ribuan yang cuma dipake buat gunting bumbu Indomie.

Setelah gue riset lebih jauh dan nyari sumber-sumber lain di internet tentang si tukang cukur ini, barulah gue paham kenapa harga gunting yang dia pake bisa seharga 20 juta, dan bagi gue sangatlah worth it!

Bayangin aja, tuh gunting ditempa langsung di Jepang, tempat dimana pusatnya samurai bikin katana, shuriken, pisau suhsi, dan lain sebagainya, jadi soal senjata tajam jepang emang ga usah diragukan lagi, hal ini yang bikin tuh gunting jadi effortless pas dipake, bisa motong rambut secara presisi tanpa suara gesekan, bahkan bisa motong tissue tipis secara presisi pula tanpa effort.

Lalu gunting ini adalah gunting custom yang terpahat nama si pemilik di guntingnya, preordernya memakan waktu berbulan-bulan dan lubang jari di gunting ini menyesuaikan anatomi tangan dan jari dari si pemiliknya, jadi gunting ini adalah gunting yang sangat spesial dan cuma ada satu di seluruh dunia.

Terlepas itu semua, gue sempet lupa kalo itu hanyalah sebuah GUNTING.

Sebuah gunting yang sering kita jumpai cuma buat buka bungkus bumbu Indomie, tapi di tangan seorang ahli yang memiliki ilmu dan passion, sebuah gunting bisa jadi sebuah masterpiece yang layak dihargai seharga 20 juta bahkan lebih.

Hal ini sempet bikin gue mikir, ternyata kita emang perlu ilmu dan passion dalam profesi kita biar apa pun yang kita buat dan lakuin bisa punya value, punya arti, dan membentuk sebuah komunitas/market sendiri. Ternyata semuanya punya market tersendiri, termasuk si gunting 20 juta ini, kita yang nganggep lebay dan ga masuk akal udah jelas bukan market dari produsen gunting 20 juta ini.

Different topic, dari gunting yang menurut gue overprice diatas, gue sadar ternyata semua benda yang ada di dunia ini bisa dijual, semua benda bisa laku dijual asal dipasarkan sesuai market yang tepat. Contohnya kotoran kebo, sesuatu yang remeh dan menjijikkan tapi siapa yang mau beli?

Kalo kita memasarkan kotoran kebo lewat online marketplace dan dijual kiloan dengan dibungkus plastik bubble warp, lalu dikirim menggunakan kurir dan nunggu beberapa hari sampe si kurir melemparkan paket berisi kotoran kebo di depan rumah kita tentu ga ada yang mau beli, dan itu cara yang salah untuk menjual kotoran kebo. Tapi kalo kita jual kotoran kebo ke para petani atau ke supplier sebagai bahan baku pupuk organik, pasti bakal laku keras. Ini semua tentang menempatkan sesuatu pada kolam yang tepat.

Sama kayak gunting seharga 20 juta di atas, kalo kita masih ngerasa itu lebay ya berarti se-simple bukan kita target market tuh gunting. Mungkin Warren Buffett juga ogah ngeluarin duit 20 juta cuma buat gunting yang bagi dia fungsinya cuma buat buka bungkus bumbu Indomie.

Tapi bagi hair dresser, itu bukan cuma sebuah gunting, tapi masterpiece.


Tulisan ini merupakan bagian dari 30 Days Writing Challenge, di mana gue menantang diri sendiri untuk menulis blog selama 30 hari.


0 komentar

Please leave a comment ..