Day 11: Ketika Badut Pensiun



Sebut saja namanya Bejo, seorang Tiktokers yang selalu live selama 24 jam nonstop. Pekerjaan Bejo memang sangatlah milenial, bermodalkan henpon yang ia dapat dari giveaway lomba mirip pesut ancol dan kuota 50 GB, bejo berhasil meraup pundi-pundi rupiah dari sana, tak heran rumah Bejo suka ditimpukin batu oleh bocil-bocil yang mengira bahwa Bejo memelihara babi ngepet.

Sampai pada suatu ketika Bejo mendapatkan DM dari seseorang, duga benih patah hati lagi. Bejo bukan tipikal orang yang mudah memberikan hati, tapi ia tau persis sakitnya diabaikan dan sakitnya perasaan ditolak tanpa diberi kesempatan, karena itu Bejo membuka hati. Si hati rapuh tantang wahana.

Kita sebut saja ia Surti, sebuah wahana baru yang membuat Bejo melupakan semua ambisinya, memberikan isi hatinya, dan percaya sepenuhnya walaupun Bejo belum pernah berjumpa.

Tapi ketika sudah berjalan beberapa bulan, Surti mulai ragu, ia nampak masih mencari dan membuka hati pada yang baru. Di pesan singkat Bejo dan Surti terlihat sangat dekat, saling support, dan saling lempar kata-kata sayang, tapi di luar itu Surti tidak ingin hubungannya diketahui publik, ia masih merespon nama-nama baru dengan statusnya yang orang sangka masih sendiri. Alasannya, Surti tidak menyembunyikan, hanya mereka saja yang tidak bertanya.

Bejo patah hati lagi.

***

Pelajaran kali ini datang dari seseorang yang terlalu cepat percaya, terlalu cepat jatuh hati, dan ia pun kecewa. Emang bener kata pepatah, hal yang tidak boleh dilakukan tergesa-gesa itu salah satunya jatuh cinta. Beberapa orang baik mudah tertipu karena ia mengira semua orang yang ia jumpai adalah sama sepertinya, sama-sama baik, sama-sama rapuh, dan sama-sama butuh tempat berlabuh.

Tapi yang sebagian orang lupa, ga semua fase hidup yang kita lalui juga pernah dilalui oleh orang lain. Di umur gue yang udah seperempat abad sekarang ini, gue udah ga tertarik sama hubungan percintaan yang uwu-uwu, udah berhenti nyari kesempurnaan, dan menganggap sebuah hubungan bisa bertahan lama hanya dengan sebuah kompromi dan toleransi. Hubungan itu cuma masalah dialog dua "Aku".

Sedangkan gue di usia 20an awal, masih mencari yang mendekati sempurna, yang bisa diajak have fun, bisa diajak jalan, isinya cuma seneng-seneng dan uwu-uwuan all day long. Beranggapan bahwa di depan sana masih ada yang jauh lebih baik daripada di depan mata saat ini. Sebuah perspektif yang cukup jomplang kalo dipikir-pikir.

Manusia punya pilihan, punya kebebasan, dan tulang rusuk yang bengkok akan mencari belahan rusuknya yang lain. Kita ga bisa maksa buat ngelurusin tulang rusuk yang bengkok, karena bisa patah. Daripada berusaha untuk merubah sesuatu yang ga bisa kita kontrol, lebih baik kita fokus merubah sesuatu yang bisa kita kontrol, kayak diri sendiri menjadi versi yang lebih baik dari sebelumnya.

***

Melewati malam yang panjang, Bejo mulai tersadar bahwa dia sudah berubah jauh dari dia yang sebelumnya. Dia mulai cuek dengan sekitar, tidak peduli dengan orang lain, dan mulai menjadi apatis karena fokusnya hanya pekerjaan dan Surti.

Bejo mulai bangkit dari tempat tidurnya, menanggalkan wig merah keritingnya, membersihkan bedak putih yang membungkus wajahnya, dan melepas hidung merahnya.

Kali ini Bejo kembali menjadi dirinya yang dulu, yang sulit memberi hati dan mulai mencintai dirinya sendiri.



Tulisan ini merupakan bagian dari 30 Days Writing Challenge, di mana gue menantang diri sendiri untuk menulis blog selama 30 hari.

*PS: Project tulisan ini kembali dilanjutkan setelah hiatus dari bulan Januari 2022. Keinginan melanjutkan 30 days writing challenge ini sebagai bentuk komitmen sesuatu yang dimulai harus bisa diselesaikan.

Semoga.

1 komentar

Please leave a comment ..