Gue besar dan tumbuh bersama radio. Pas masih kecil, gue inget banget pernah diajak nyokap buat maen ke salah satu stasion radio yang ada di Surabaya, bagi gue yang masih kecil, stasiun radio gak lebih dari tempat yang punya banyak kaset-kaset lagu yang dipajang sampe ke dinding.
Jaman dulu, lagu-lagu yang diputer di radio adalah lagu dari kaset pita yang kalo abis dimainkan pita kasetnya kudu diputer lagi biar nanti bisa dimainkan ulang, dan ada ratusan mungkin sampe ribuan kaset lagu yang ada di stasiun radio yang mereka dapet gratis dari label yang promosiin lagunya sampe beli dengan budget perusahaan yang menaungi si radio tersebut, ribet banget kalo dibandingin sama jaman sekarang yang apa-apa tinggal download atau streaming.
Beranjak remaja gue masih sering menjadi pendengar radio, radio Prambors Jakarta dengan program "The Dandees" yang menghibur gue tiap sore dengan candaan-candaan garingnya Danang-Darto. Waktu itu gue yang masih SMA berkhayal, enak ya jadi penyiar radio yang kerja sambil haha-hihi.
Lanjut kuliah gue pindah ke kota Palembang dan dengan penyesuaian stasiun radio yang ada disini, tahun 2014 pas awal gue pindah belom ada yang namanya streaming radio, kuota internet pun masih mahal waktu itu, alhasil gue mencoba dengerin radio lokal yang ada di Palembang.
Setelah sekian lama pencarian, gue cuman ngerasa klop sama satu radio lokal disini, Play FM. Gue suka sama konsep dan juga pilihan lagu-lagu anti-mainstreamnya, dari radio ini juga gue tau lagu-lagu lawas yang cukup hidden gem yang gue dengerin sampe sekarang. Gue menganggap Play FM adalah radio Hardrock-nya kota Palembang saat itu.
Di kampus, gue juga aktif di kegiatan radio kampus, belajar gimana caranya jadi penyiar, belajar kalo siaran itu ngobrol bukan ngomong, belajar produksi jingle radio, dan proses kreatif lainnya. Gak cuma itu, gue juga belajar koordinasi untuk bikin event offline free jammin yang bisa diikuti seluruh mahasiswa di kampus gue waktu itu, lo bisa nyanyi, baca puisi, stand up comedy, sampe gitar-gitaran ga jelas disana.
Ketika praktek kerja lapangan atau PKL gue pun milih kerja di Trax FM Palembang dan banyak yang gue pelajari disana, terutama tentang live broadcast yang bisa dapet akses backstage ketemu sama artis-artis yang lagi promoin lagu atau filmnya di radio Trax.
Sampe sekarang gue masih dengerin siaran radio lewat Spotify atau Podcast di Youtube, dengan teknologi yang udah semakin berkembang kayak sekarang ini membuat gue lebih bisa memilih radio mana dan siapa penyiar yang mau gue dengerin, ga harus sesuai dengan jam siarannya dan ga harus satu kota dengan stasiun radionya, semuanya udah terjangkau dan terhubung dengan koneksi internet.
Belakangan ini gue lagi demen dengerin radio Hardrock Jakarta dengan penyiar favorit gue Gofar Hilman yang secara gak langsung ngajarin gue tentang banyak hal, terutama soal public speaking, komunikasi interpersonal, dan kehidupan.
Dari radio gue belajar banyak hal, mulai dari belajar mendengar karena lo cuman bisa dengerin orang ngobrol. Belajar menghargai sesuatu, karena lo ga bisa milih lagu yang lo suka doang buat lo dengerin di radio. Juga belajar perspektif yang baru, karena gue anaknya jarang nongkrong seenggaknya dengan dengerin radio, gue jadi tau hal-hal dan istilah apa aja yang lagi hits di tongkrongan saat ini.
Mungkin beberapa tahun kemudian radio bakal kalah sama Podcast dan Spotify, tapi sebagai anak yang menikmati radio dari jaman kaset pita dan kirim-kirim salam lewat telepon rumah, gue merasa udah jadi bagian dari perkembangan itu sendiri.
Tulisan ini merupakan bagian dari 30 Days Writing Challenge, di mana gue menantang diri sendiri untuk menulis blog selama 30 hari.
0 komentar
Please leave a comment ..