Day 29: What is Your Life Genre?


Belakangan ini gue kepikiran kalo misalnya kisah hidup gue dijadiin sebuah film atau series, kira-kira bakal jadi genre apa ya? Action kah? Horror kah? Drama komedi kah? Mungkin yang paling mendekati genre drama komedi kali ya, kadang drama, kadang juga komedi, hahaha.

Penasaran dengan alur kehidupan drama komedi yang gue jalani, gue iseng mengumpulkan tulisan-tulisan gue yang bertemakan patah hati di blog ini, semua cerita patah hati itu ada yang ceritanya pas gue masih SMA sampe udah kerja. Entah kenapa ketika hati dan pikiran lagi kacau, menulis jadi satu-satunya cara healing gue yang paling ampuh sampe sekarang.

Dimulai dari cerita gue pas masih SMA yang gue kasih judul "Cinta Tapi Rela" yang bisa kalian baca Disini. Masa-masa sekolah memang ga terlalu banyak yang dipikirin selain tugas sekolah dan cinta-cintaan, dimana kita berusaha jaim dan ga tampil malu-maluin di depan gebetan, dimana pertama kalinya kita memperhatikan penampilan setiap mau berangkat sekolah, beda banget sama jaman SD yang cenderung bodo amat, yang penting cepet berangkat dan cepet pulang aja, hahaha.

Pada waktu itu adalah kali pertama gue deketin cewek secara langsung, walopun kebanyakan ngobrol lewat SMS dan kalo ga sengaja ketemuan di kantin kayak orang ga kenal. Komedinya adalah gue yang termakan omongan motivator cinta yang bilang kalo batu ditetesin air terus menerus, batunya akan bolong, apalagi hati? Tapi ternyata hati itu lebih keras dari pada batu, dan kisah kita berakhir nice try!

Lalu ada cerita pas gue kuliah semester awal yang gue kasih judul "Kehilangan" dan bisa kalian baca Disini. Sesuatu yang gue pelajari pada waktu itu bahwa kita akan menyadari kalo sesuatu itu berharga ketika kita sudah benar-benar kehilangan. Sejak itu gue belajar untuk mempertahankan sesuatu yang gue punya sebisa mungkin, dan kalo bisa jangan sampe dilepasin gitu aja.

Gue pun belajar untuk move on yang pernah gue tulis di postingan berjudul "How Many Fish did You Met Today?" yang bisa kalian baca Disini. Waktu itu gue beranggapan kalo buat apa kita stuck berlama-lama dengan satu hati yang mungkin tak pernah kembali, toh masih banyak ikan di laut, belakangan ini gue menyadari kalo emang ada banyak ikan di laut, tapi ga semuanya bisa berenang melawan arus kayak ikan salmon.

Selanjutnya ada postingan yang berjudul "Patah Hati Terhebat" yang bisa kalian baca Disini. Sebuah diksi lain tentang patah hati, yang menjelaskan bahwa sejauh mana manusia melangkah dan sehebat apa kehidupan yang dia jalani saat ini, pasti ada satu hati yang ga pernah bisa dilupain, dan ketika kita inget kembali memori itu lewat sebuah foto, selai kacang kita akan terasa hambar.

Lalu yang terakhir ada "When I Met You in June" yang bisa kalian baca Disini. Sebuah cerita dimana pasti ada momen-momen kecil di hidup kita yang ga pernah mau pergi meski kita udah berusaha melupakan, sebuah detail-detail kecil, suasananya, aromanya, menjadikan sebuah dejavu yang pengen kita lupain tapi selalu membekas di hati.

Setelah membaca tulisan-tulisan patah hati tadi, gue merasa kalo patah hati memang bagian dari proses kehidupan, ada yang mengabaikannya tapi ada juga yang merekamnya ke dalam bentuk tulisan seperti yang gue lakukan. Gue selalu mempelajari sesuatu yang baru setelah itu, dan semua kisah seolah terpola membentuk pola tertentu, tapi gue yang ga segera menyadari bentuk dari pola-pola itu.

Mungkin ada yang bilang kalo semakin kita sering mengalami yang namanya patah hati, kita akan terbiasa dengan rasa sakitnya, terlatih untuk patah hati, tapi menurut gue, yang namanya patah hati akan selalu menyakitkan.

Setelah dipikir-pikir, mungkin genre kehidupan gue bukan drama komedi, melainkan bergenre dokumenter, gue belum tau endingnya bakal kayak gimana, dokumenter ini masih terus berlanjut, dan kalian menjadi bagian dari proses pembuatan dokumenter ini.


Tulisan ini merupakan bagian dari 30 Days Writing Challenge, di mana gue menantang diri sendiri untuk menulis blog selama 30 hari.


0 komentar

Please leave a comment ..