"Kenapa sih lo masih suka nonton anime? Itu kan tontonan anak kecil." Kurang lebih seperti itu kalimat terakhir Surti sebelum dia mendapatkan hantaman benda tumpul di tempurung kepalanya.
Sebenernya gue sendiri masih bingung kenapa gue masih suka nonton anime, mungkin permasalahannya mirip-mirip kayak temen gue yang suka k-pop sampe-sampe rela beli album, merchandise, sampe dateng ke konser idolanya, emangnya ada apa?
Jawabannya adalah mereka semua ada di saat titik terendah kita, disaat manusia di dunia nyata entah itu teman, pasangan, bahkan keluarga ga ada di sekitar kita dan cenderung seolah meninggalkan kita sendirian, tontonan anime atau bahkan idol k-pop lah yang senantiasa menemani kita di titik terendah hidup kita, dan menjadi support system kita. Seenggaknya itu yang gue dan beberapa temen gue rasain.
Selain banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik dari sebuah anime, entah kenapa gue selalu merasa tersentuh sama gambar, ekspresi karakter, musik, sampe vibes dari anime yang gue tonton. Rasanya menenangkan dan gue bisa dibikin nangis sesegukan sama jalan ceritanya, seolah-olah gue relate banget sama apa yang para karakter itu rasain. Mungkin ini yang menjadi landasan atas statement "wibu bau bawang", karena bau bawang itu bisa bikin kita nangis.
Anyway, kemaren gue menyempatkan nonton salah satu anime yang direkomendasikan orang secara random, judulnya "The Anthem of The Heart" dan sukses membuat gue yang ga pernah nangis ini sesegukan, hahaha. Fyi, kalo lo masih bisa nangis setelah nonton film atau anime yang menguras emosi, itu artinya lo masih punya hati.
Konfliknya sederhana, dengan latar anak SMA dengan segala problematika anak SMA pada umumnya membuat gue cukup relate, ditambah lagi kisah cinta anak SMA yang greget bikin ingatan gue ter-recall kembali sama kisah cinta gue yang jalannya ga pernah mulus, kayak jalan yang ga pernah di-cor, hahaha.
Dari sana gue belajar banyak hal, terutama tentang berhenti terjebak dengan masa lalu yang ga bisa kita ubah, mending fokus dengan masa depan yang masih bisa kita usahakan, karena semua hal yang udah terjadi ya terjadilah, saatnya untuk bangkit dan menata masa depan kita sendiri.
Dari anime gue juga belajar untuk selalu menjadi orang baik, karena walopun cuma karya fiksi dan sebagian orang bilang kalo itu cuma kartun, tapi gue tetep kagum sama karakter yang udah berkali-kali disakiti atau dijahati tapi dia lebih memilih buat tetap menjadi orang baik dan tetap menolong orang lain. Yes, mau berapa pun umur kita, boys will be boys, yang bisa termotivasi sama anime.
Setelah nonton anime dan sesegukan karena terlarut sama jalan ceritanya, gue merasa jadi lebih lega, gue seolah mendapatkan jawaban dan pencerahan dari permasalahan yang sedang gue hadapi, dan lebih siap buat menghadapi hari-hari, mungkin itu yang dirasain sama beberapa orang lainnya yang rela beli action figure berjuta-juta, rela ngumpulin duit buat beli merchandise idolnya, sampe beli atau ngefans sama hal-hal yang ga pernah kita pikirkan sebelumnya.
Apa pun itu, masing-masing dari kita punya cara tersendiri buat tetap waras di dunia yang semakin gila ini.
Tulisan ini merupakan bagian dari 30 Days Writing Challenge, di mana gue menantang diri sendiri untuk menulis blog selama 30 hari.
0 komentar
Please leave a comment ..